Lempar lembing merupakan cabang olahraga atletik yang mengharuskan atlet melempar lembing sejauh mungkin. Lembing yang digunakan sebagai alat dalam olahraga ini mirip seperti tombak berujung runcing.
Seorang atlet lempar lembing mengandalkan kekuatan otot tangan, kaki hingga pinggul. Atlet lempar lembing juga membutuhkan kecepatan, gaya khusus dan teknik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Lempar lembing atau yang lebih dikenal dengan Javelin Throw merupakan salah satu olahraga yang diperlombakan dalam Olimpiade. Di Indonesia, lempar lembing cukup populer. Terutama bagi mereka yang menggeluti dunia atletik. Indonesia juga memperlombakan lempar lembing dalam kejuaraan tingkat nasional. Misalnya Pekan Olahraga Nasional (PON).
Sejarah Lempar Lembing
Menurut laman World Athletics, lempar lembing merupakan sebuah olahraga yang berevolusi. Dari penggunaan tombak sehari-sehari untuk berburu dan peperangan, menjadi salah satu jajaran olahraga paling prestise di bawah Olimpiade.
Lempar lembing muncul pertama kali di Yunani pada Olimpiade Kuno. Tepatnya 708 SM. Lempar lembing adalah bagian dari kompetisi kuno bernama pentathlon, bersamaan dengan lari, lempar cakram, lompat jauh dan gulat. Saat itu, lembing asli terbuat dari kayu zaitun.
Baca Juga: Lempar lembing: Aturan, Sistem Penilaian, dan Format Kompetisi
Sayangnya, kondisi Olympia, tempat perlombaan Olimpiade Kuno, memburuk setelah beberapa pertempuran dan bencana alam melanda tempat tersebut selama berabad-abad. Sehingga, Olimpiade secara resmi berakhir sekitar tahun 394 M, setelah kaisar Romawi Theodosius I melarang sebuah perlombaan yang berlatar paganisme. Saat itu, Olimpiade Kuno diadakan dengan tujuan menyembah para dewa.
Lempar lembing menjadi bagian dari program Olimpiade modern sejak 1908 untuk sektor putra. Sedangkan untuk kategori wanita baru ada pada 1932.
Saat sektor putra pertama diadakan, lempar lembing memiliki sedikit aturan dan penetapan soal desain tombaknya. Namun, setelah pembentukan International Association of Athletics Federations (IAAF) aturan yang ketat pada desain lembing diterapkan.
Pada tahun-tahun berikutnya, rekor dunia dan perolehan Olimpiade terus meningkat. Puncaknya pada rekor 104,8 meter, yang dibuat oleh Uwe Hohn pada 1984. Tetapi jarak ini menimbulkan risiko keamanan karena kemungkinan lembing mendarat di keramaian. Tak lama, IAAF mendesain ulang lembing putra yang berlaku mulai 1 April 1986 dan digunakan hingga saat ini.
Baca Juga: Lembing Terbuat dari Apa Sih? Berikut Penjelasannya
Kebutuhan dalam Lempar Lembing
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan olahraga lempar lembing. Yang paling utama adalah lembing sebagai alat utama.
Lembing terdiri dari tiga bagian, yakni titik utama atau kepala logam, kayu atau poros logam dan pegangan yang ditempatkan sekitar pusat gravitasi.
Panjang dari masing-masing lembing putra dan putri berbeda. Untuk sektor putra, panjang lembing adalah 2,6 hingga 2,7 meter, sedangkan wanita memiliki panjang 2,2 hingga 2,3 meter.
Sementara itu, landasan pacu untuk lempar lembing memiliki panjang maksimal 36,50 meter dan tak boleh kurang dari 30 meter. Landasan ini harus ditandai dengan dua garis sejajar sepanjang 50 milimeter dengan lebar landasan 4 meter. Landasan ini berfungsi untuk para atlet melakukan awalan.
Kebutuhan yang tak kalah penting lainnya adalah area pendaratan bagi lembing. Yang dibatasi oleh tepi bagian dalam dari dua garis. Susunan area pendaratan membentuk busur yang ditarik garis melalui titik area awalan (runaway). Area pendaratan terdiri dari area rumput dengan ketajaman busur.
Baca Juga: 6 Kesalahan Umum dalam Lempar Lembing
Teknik Lempar Lembing
Menurut laman BBC, untuk teknik lempar lembing, seorang atlet perlu melalui lima tahapan. Tahapan pertama, pegang lembing di telapak tangan. Pegang bagian belakang tali lembing dengan ibu jari dan pastikan jari telunjuk berada di belakang tali.
Tahap dua dipakai untuk mencari momentum menggunakan gerakan lari. Para atlet harus menyisakan 13 hingga 19 langkah dari garis lempar untuk digunakan berlari. Selain itu, tempatkan penanda tambahan lima langkah dari garis lempar. Kemudian, pegang lembing setinggi kepala, dengan lengan ditekuk dan siku mengarah ke depan.
Pastikan telapak tangan kalian menghadap ke atas dan mulailah berlari dengan pinggul tinggi dan lembing yang sejajar. Pertahankan kecepatan yang terkontrol selama melakukan run-up.
Pada tahap tiga, saat mencapai penanda kedua, letakkan kaki kanan ke bawah dan gerakkan lengan lempar lurus ke depan lalu ke belakang hingga lengan terentang sepenuhnya dengan tinggi sebahu. Selanjutnya, tetap arahkan lembing ke arah area lemparan.
Pada tahap keempat, mulailah menurunkan bagian belakang lembing, jaga agar tetap dekat dengan kepala dengan titik sejajar alis. Pada saat yang sama, dorong kaki kiri dan ambil langkah drive yang lebih panjang dan lebih rata dari kaki kanan. Tahap kelima lempar lembing sejauh mungkin.
Baca Juga: Mengenal Peralatan yang Digunakan untuk Lempar Lembing
Gaya dalam Memegang Lembing
Lempar lembing bergantung pada pegangan tangan seorang atlet pada lembing. Lembing harus terletak pada lipatan tangan sehingga searah dengan area lemparan. Lembing juga harus terletak sepanjang telapak tangan dan tak melintang. Untuk menggunakan lembing, seorang atlet harus menggunakan beberapa gaya agar mendapat hasil lemparan yang maksimal.
1. American Grip (Gaya Amerika)
Gaya memegang American Grip atau yang dikenal dengan Gaya Finlandia adalah dengan meletakkan jari tengah, jari manis dan jari kelingking rapat di lekukan tongkat lembing. Sementara, jari telunjuk berada di belakang tongkat namun sedikit ditekuk ke atas. Sedangkan, ibu jari diletakkan berlawanan arah agar berfungsi sebagai penguat genggaman.
2. The Finnish Grip
Dalam The Finnish Grip, ibu jari dan jari telunjuk menahan dari bagian samping tongkat lembing. The Finnish Grip membantu membantu rotasi lembing selama momen sebelum lemparan dilakukan.
3. The "V" Grip
Untuk The "V" Grip, lembing harus ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah di belakang. Kedua jari ini seperti sedang menjepit tongkat. Posisi dari jari membantu lengan lempar dengan tetap setinggi bahu selama awalan dilakukan. (*)