Kenapa Regenerasi Atlet Atletik di Indonesia Lama?

| Penulis : 

Atletik adalah cabang olahraga terukur. Begitu kata pegiat-pegiat cabor tersebut. Itu karena semua unsur dalam atletik ada ukurannya. Termasuk hasil perlombaan. Baik jarak maupun waktu. Dari situlah muncul hasil terbaik. Yang biasanya disebut sebagai rekor. Jangkauannya juga beragam. Ada rekor nasional. Ada pula rekor internasional. 

Beberapa rekor di nomor tertentu dapat pecah sekitar 5-6 tahun sekali. Namun ada juga rekor yang tak berganti tuan selama puluhan tahun. Misalnya di sektor tolak peluru putra, sampai 23 tahun lamanya, masih dipegang oleh Sukraj SIngh. Atlet asal Sumatera Utara. Dengan tolakan sejauh 16,87 meter. 

Dalam event Energen Champion SAC Indonesia - North Sumatera Qualifiers pada November lalu, Sukraj mengatakan bahwa ia ingin rekornya dipecahkan atlet-atlet muda. Yang kemungkinan lahir dari kompetisi antar pelajar di Indonesia seperti SAC Indonesia. Menurutnya, semakin banyak kompetisi sejak dini akan semakin cepat pengejaran prestasi. 

“Ketika anak-anak tahu akan ada kompetisi, mereka akan latihan. Nah, mereka akan mengejar kompetisi itu. Sehingga terdorong bagi mereka untuk terdorong agar berprestasi lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Dengan kompetisi ini kami sebagai pelatih dan orang-orang yang bergerak di dunia atletik menjadi tahu. Rupanya banyak anak-anak yang ingin berprestasi di atletik,” katanya, November lalu. 

Pasti banyak potensi terpendam. Itu lah yang dipercaya Sukraj. Hanya saja, kejuaraan di Indonesia masih sedikit. Tak banyak yang bisa diikuti. Membuat generasi penerus atletik menjadi sulit berkembang.

Hal serupa juga diungkapkan Ernawan Witarsa. Sprinter legendaris Indonesia yang pernah berlaga di Olimpiade Los Angeles 1984. Hanya saja dengan sedikit pendekatan yang berbeda. Saat kompetisi Energen Champion SAC Indonesia - West Java Qualifiers digelar pada November lalu, Ernawan mengungkapkan gagasannya. 

“Makin afdalnya jika diadakan event di tingkat kabupaten maupun kota terlebih dahulu. Kalau di kabupaten ada sebelum event ini, pasti nanti akan lebih meriah lagi. Anak-anak juga lebih bersiap. Meskipun yang (pesertanya) baru-baru gitu juga enggak masalah. Dan lebih menjangkau semuanya,” kata Ernawan. 

Dengan kompetisi SAC Indonesia menyasar sekolah, diharapkan banyak pelajar berbakat yang dapat melihat peluang di atletik. Di sisi lain, kompetisi atletik ini memberikan pemahaman bagi masyarakat luas bahwa atletik tak hanya diperuntukkan bagi pelajar terlatih. Melainkan juga non terlatih. 

“Biasanya kompetisi atletik itu kita mengumumkannya ke Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Daerah hingga klub. Kalau kompetisi pelajar seperti SAC kan masuk ke sekolah-sekolah. Ini bagus. Karena di sekolah pasti ada bakat-bakat tersembunyi yang belum juga terpantau,” kata Catur, ketua harian PASI Jatim, dalam event Energen Champion SAC Indonesia - East Java Qualifiers, November lalu. 

Sebagai pecinta atletik, tentunya banyak harapan baik untuk prestasi negeri. Termasuk regenerasi atlet yang cepat dan rekor yang mampu bersaing dengan limit kompetisi dunia. Juga menyumbang medali baru untuk Indonesia.(*)

Populer

Lempar Cakram: Pengertian, Sejarah, Teknik Dasar, Aturan dan Manfaat
Mengenal VO2 Max dan Cara Efektif Meningkatkannya
Apa Itu Pace dalam Olahraga Lari?
Tiga Jenis Start dalam Olahraga Lari
Mengenal Tiga Gaya Tolak Peluru: Spin, O'Brien, dan Ortodoks