Atletik tak hanya menjadi olahraga tertua di dunia. Melainkan sebagai olahraga terukur. Penyebutan tersebut mungkin sering didengar. Terutama untuk kalian yang menggeluti cabang olahraga atletik. Di klub latihan, misalnya. Atau area kompetisi baru.
Menurut Cukup Pahalawidi, anggota talent scouting dari Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), penyebutan atletik sebagai olahraga terukur dikarenakan segala hal dalam atletik bisa diukur. Mulai dari kecepatan, jarak, hingga tinggi. Sehingga prestasi atlet bisa dilihat bahkan sebelum mereka berkompetisi.
“Biasanya, hasil kemampuan atlet dalam latihan itu tidak jauh dari hasil capaian lomba. Misal seorang atlet lompat jauh dalam latihan sudah mencapai 6,00 meter. Dalam kompetisi, hasil lompatannya kurang lebih sama dengan 6,00 meter. Jika ada selisih, maka tidak akan selisih banyak,” jelasnya.
Karena hasil seorang atlet dalam perlombaan juga didapatkan dari sebuah pengukuran, maka atlet dapat melihat levelnya dalam sebuah kompetisi. Terukur juga berarti atlet dapat dengan mudah melihat apakah mereka telah membuat kemajuan. Jika dalam kecepatan, akan semakin cepat atau jika berhubungan dengan jarak, maka akan semakin jauh.
Terukur artinya atlet dapat mengevaluasi hasil latihan mereka. Itulah mengapa biasanya atlet memiliki target waktu atau jarak tertentu dalam suatu musim kompetisi. Dengan begini, atlet dapat melihat dengan mudah apakah dia maju atau tidak. Tanpa tujuan yang terukur, menjadi sulit untuk mengetahui kapan pendekatan atau latihan baru dibutuhkan.
Cukup juga menjelaskan bahwa pengukuran dalam atletik akan sangat berguna dalam proses pembibitan atlet atletik. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian dunia mengarah pada atlet-atlet sprinter dari Jamaika. Pemecahan rekor yang terus terjadi setiap tahun menjadikan Jamaika sebagai barometer negara lainnya.
“Pembibitan olahraga itu termasuk tahapan penting dalam pondasi keberhasilan misi meraih prestasi olahraga. Maka dari itu, pengukuran segala hal dalam atletik itu penting. Mulai dari antropometri sampai time test,” tuturnya.
"Namun prestasi juga dipengaruhi faktor internal, yang terdiri dari fisik, teknik, taktik dan mental. Ada juga faktor eksternal yang dipengaruhi lingkungan, kondisi, peralatan, dan masih banyak lagi," tambahnya.
Kesalahan dalam melakukan proses pembibitan dapat berpengaruh pada regenerasi atlet di suatu negara maupun lokasi tertentu. Menurut publikasi yang juga ditulis oleh Cukup Pahalawidi, berjudul Menemukan Bakat Atletik Langkah Awal Menuju Pengembang Seorang Atlet Kelas Dunia, kesalahan proses pembibitan bisa mengakibatkan kegagalan dalam proses pembinaan prestasi olahraga. Maka dari itu pengukuran sangat penting dia lakukan. (*)