Istilah “doping” pada dasarnya merujuk pada kondisi di mana atlet mengonsumsi zat terlarang untuk meningkatkan performanya. Artinya, seorang atlet yang melakukan doping dapat berlari lebih cepat atau lebih kuat dari atlet yang tidak memakai doping. Tapi kenapa doping sangat dilarang di dunia olahraga khususnya atletik?
Aktivitas olahraga pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Namun zat terlarang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Zat yang dipakai untuk doping memiliki efek samping yang berbahaya dan tahan lama.
Doping dapat bermasalah untuk kardiovaskular. Sehingga menimbulkan detak jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, serangan jantung, kematian mendadak. Aktivitas terlarang ini juga dapat menyerang sistem saraf pusat. Yang menyebabkan insomnia, kecemasan, depresi, perilaku agresif, sakit kepala, kecanduan, tremor, pusing hingga stroke.
Masalah kedua lebih merujuk pada perilaku moral. Zat terlarang ini digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil atau perolehan dengan kecurangan. Sehingga, melakukan doping dapat merendahkan semangat persaingan.
Kecurangan dalam Atletik
Atletik telah dilanda banyak tuduhan kecurangan. The Sunday Times pernah mengungkap data besar yang menunjukkan tingkat kecurangan luar biasa oleh para atlet di kompetisi paling bergengsi di dunia.
Informasi tersebut didasarkan pada 12.000 tes terhadap lebih dari 5.000 atlet antara tahun 2001 dan 2012. Itu disebut kebocoran data tes darah terbesar dalam sejarah olahraga.
Data mengungkapkan bahwa lebih dari sepertiga medali di Olimpiade dan kejuaraan dunia dimenangkan oleh atlet yang memiliki hasil tes mencurigakan. Atlet Rusia mengantongi 415 tes abnormal, diikuti oleh Ukraina, Maroko, Spanyol, Kenya, Turki, dan lainnya.
Beberapa obat dilarang baik di dalam maupun di luar kompetisi karena sifatnya yang meningkatkan kinerja atlet di luar batas. Meskipun begitu, ada juga obat yang hanya dilarang di dalam kompetisi. Alasan melarang suatu obat hanya di dalam kompetisi adalah karena kemampuannya untuk menutupi keberadaan obat terlarang yang berbeda selama pengujian.
Setiap organisasi memiliki daftar zat terlarang yang berbeda. Organisasi anti doping terbesar di dunia adalah WADA atau singkatan dari World Anti Doping Agency. WADA memiliki kode yang mengatur perihal penggunaan zat terlarang oleh berbagai organisasi di seluruh dunia. Termasuk Olimpiade dan Paralimpiade.
Sehingga, atlet yang mengikuti kompetisi tersebut tunduk di bawah aturan WADA dan setuju untuk melakukan tes doping. Dalam dunia atletik, tes doping juga menjadi salah satu faktor untuk menentukan dan mengesahkan rekor baru. (*)