Perlombaan estafet 4x100 meter membutuhkan kerja sama tim dan koordinasi yang kuat. Tak hanya dalam ketelitian pengoperan tongkat atau kontrol lari. Melainkan dalam menjalankan masing-masing peran. Meskipun olahraga estafet tampaknya hanya mengandalkan kecepatan, di balik itu, setiap pelari estafet memiliki tugas yang berbeda.
Jason Henderson, seorang penulis senior di Athletics Weekly, menjelaskan bahwa setiap teknik dan taktik yang digunakan sebuah tim, yang terdiri dari empat atlet, layak untuk memenangkan medali emas. Untuk itu, penempatan anggota dalam lari estafet tak sembarangan. Dibutuhkan diskusi dan kecermatan dalam melihat potensi pelari.
Empat orang dalam pelari estafet umumnya dipilih dari sprinter terbaik. Jika sebuah tim nasional, misalnya Indonesia, memutuskan mengikuti estafet dalam kejuaraan tingkat internasional, anggotanya akan diambil dari jajaran sprinter terbaik nasional. Tentunya pemilihan sprinter ini telah disesuaikan dengan kebutuhan perlombaan.
“Setiap pelari dalam estafet itu sama-sama punya pengaruh yang besar dalam keberhasilan tim. Sehingga pembahasan mengenai penempatan dan pemilihan tim estafet masih dilakukan di tingkat nasional,” kata Fadlin, salah satu sprinter nasional, yang tergabung dalam tim estafet Indonesia di SEA Games 2011 dan ASIAN Games 2018.
Sebuah tim jelas menempatkan starter terbaik mereka di leg pembuka. Menurut Fadlin, pelari pertama harus memiliki reaksi start block dan pistol start yang baik. Mental juga penting. Pelari pertama dituntut untuk mengesampingkan rasa gugup. Karena jika gugup, tak jarang pelari pertama akan mencuri start dan menimbulkan pelanggaran.
“Jarak lari pelari pertama memang tak sepanjang pelari kedua. Tetapi pelari pertama membutuhkan kepekaan yang tinggi. Tak jarang PB PASI juga melakukan riset berdasarkan kemampuan masing-masing. Kita juga berdiskusi soal kenyamanan. Seperti saya bilang tadi, semua anggota di tim estafet itu tanggung jawabnya sama-sama besar. Tetapi memang ada spesialisasi masing-masing,” katanya.
Fadlin mengatakan pelari pertama dalam perlombaan estafet biasanya memiliki jarak lari sekitar 90 meter. Sementara jarak antara pelari kedua sekitar 110 meter. Untuk alasan ini, sering kali pelari kedua dipilih dari sprinter tercepat dalam tim. Apalagi, lintasan lari untuk pelari kedua hanya lurus saja.
“Kalau pelari kedua ditempatkan yang 100 meternya paling bagus. Karena jaraknya agak jauh,” tutur Fadlin.
Untuk lintasan ketiga panjangnya bisa mencapai sekitar 120 meter, dan sangat ideal ditempatkan di sana spesialis 200 meter. Seperti yang dijelaskan dalam Populous Magazine dalam publikasi bertajuk Secrets of the 4x100m Relay, ada zona pertukaran di dekat pelari ketiga dan keempat. Sehingga leg terakhir seringkali berjarak lebih pendek. Terkadang hanya 80 meter. Hal ini membuat jarak pelari ketiga masuk akal jika lebih panjang.
“Tetapi pelari ketiga masih membutuhkan pelari ekstra cepat yang dapat menahan lawan. Jadi siapa spesialisasi 200 meternya paling bagus, daya tahannya bagus, teknik dia berlari di tikungan itu yang paling bagus, dia kemungkinan besar ditempatkan di pelari ketiga. Apalagi tempat pelari ketiga itu lebih kronik juga,” kata Fadlin.
Sementara itu, pelari keempat dipilih dari mereka yang memiliki daya juang yang bagus. Pasalnya, pelari keempat memiliki tugas untuk mempertahankan posisi keunggulan tim. Jika mereka berhasil didahului tim lain, maka pelari keempat wajib untuk menyalip kembali. (*)