Namanya photo finish. Sistem pencatatan prestasi yang sering digunakan di kejuaraan prestise. Tugasnya merekam perolehan waktu para atlet secara otomatis. Pun mengambil gambar mereka ketika melewati garis finis.
Sistem photo finish banyak digunakan di kompetisi atletik kelas dunia. Olimpiade misalnya. Atau World Athletics Championship. Presensinya penting sekali. Terutama untuk nomor lintasan.
Di Indonesia, photo finish biasanya dipakai untuk kejuaraan tingkat nasional. Terkadang juga provinsi. Karena akurasi dari sistem tersebut tinggi.
Mengingat Energen Champion Student Athletics Championships (SAC) Indonesia juga serius dalam pencarian bakat atletik, kompetisi pelajar terbesar di Tanah Air ini menggunakan photo finish. Sehingga ada kevalidan data ketika anak-anak tersebut meraih juara. Jika ada rekor terpecahkan, akan diakui secara resmi.
BACA JUGA: Juara Nasional Energen Champion SAC Indonesia 2022 Diberangkatkan ke Australia
Penggunaan photo finish tak sembarangan. Rumit. Butuh alat dan kamera berteknologi tinggi. Juga petugas berlisensi. Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) tak semuanya memiliki alat dan sistem photo finish. Hanya Pengprov PASI DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Papua.
Meskipun begitu, menurut Cukup Pahalawidi, tim talent scouting dari Pengprov PASI DKI Jakarta, photo finish merupakan suatu kestandaran. Yang seharusnya ada di kejuaraan atletik.
“Saat sistem yang menggunakan teknologi dan pencatatan waktu otomatis belum ada, kejuaraan atletik memang memakai hasil hand time dengan stopwatch. Tetapi ketika sudah ada alat photo finisih, kita bisa mengurangi error. Karena human error ini banyak terjadi,” kata Cukup.
BACA JUGA: Men-DBL-Kan Atletik untuk Booster Partisipasi
Risiko human error menggunakan hand time lebih tinggi jika dibandingkan memakai photo finish. Pasalnya, setiap petugas pencatat waktu juga memiliki karakter yang berbeda-beda dalam memencet stopwatch.
“Jadi photo finish ini, membantu kita untuk mendapatkan hasil. Yang finish masuk berapa, lalu ada di lintasan berapa, catatan waktunya berapa, nah itu akan lebih akurat. Karena ada bukti fisik,” lanjut Cukup.
Pencatatan waktu dari photo finish adalah yang utama. Sementara pencatatan waktu menggunakan hand time menjadi cadangan. Begitulah mekanisme yang diterapkan dalam Energen Champion SAC Indonesia.
“Karena di dunia ini tidak ada hal yang pasti. Misal seandainya ada mati listrik, kita ada back-up, dan orang tidak bisa sembarangan mengklaim hasil,” kata Cukup. “Kalau ada pecah rekor dalam kejuaraan yang memiliki photo finish, bisa kita rekomendasikan. Tetapi melalui tahap dan pemenuhan aturan lainnya yang ditentukan oleh PB PASI.”
Rangkaian alat photo finish juga memiliki penunjuk waktu. Namanya display timer. Fungsinya agar semua orang bisa melihat hasil pelari yang melintasi garis finish. Jika tidak ada pelanggaran di lintasan, hasil photo finish diakui oleh induk organisasi. Yakni PB PASI. Juga World Athletics. Yang telah menjadi kesatuan lembaga.
“Jadi photo finish ini ibaratnya jantungnya kompetisi, meskipun hasil dari sistem dan alat itu masih harus dinilai dan diputuskan,” kata Cukup.
BACA JUGA: Bukan Hanya Lompat Jauh, Vallenxia Tanza Gracia Ahli di Banyak Cabor
Selain serius dalam kevalidan data, Energen Champion SAC Indonesia juga memakai berbagai alat penting standar kejuaraan tingkat nasional. Misalnya start block. Juga penunjuk starter perlombaan.
Energen Champion SAC Indonesia menjaring anak-anak muda bertalenta dari sembilan Regional Qualifiers. Yakni Bali-Nusa Tenggara (Mataram), Papua (Mimika), Yogyakarta (Yogyakarta), West Java (Bandung), North Sumatera (Medan), DKI Jakarta-Banten (Jakarta), Kalimantan (Banjarmasin), Central Java (Semarang), dan East Java (Surabaya).
Energen Champion SAC Indonesia merupakan kompetisi atletik paling akbar di Indonesia. Acara ini diadakan oleh Energen Champion, bekerja sama dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan DBL Indonesia. Energen Champion adalah minuman cokelat berenergi yang mengandung susu dan telur dari Mayora. (*)