Diana Sylvia Wulandari begitu totalitas. Ia sampai rela melakukan latihan lompat jauh tambahan. Demi mewakili sekolahnya untuk bersaing dalam Student Athletics Championships (SAC) Indonesia. Padahal, siswi SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada Yogyakarta itu sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Tak hanya mendalami olahraga di sekolah, Diana juga rajin berlatih bersama klub atletiknya. Ia memang bukan “anak kemarin sore” di cabang olahraga ini. Sebelum terjun ke lompat jauh, ia mengaku sempat mencoba beberapa nomor. Mulai lari jarak jauh hingga lari jarak pendek. Tak heran jika Diana berhasil menyabet beberapa kompetisi daerah.
“Ada latihan tambahan untuk SAC Indonesia, biasanya sekitar 1 atau 2 minggu sebelum lomba saya latihan lompat untuk cekmat, cara menolak, dan banyak lagi. Kalau untuk sekarang saya sedang melatih daya tahan,” kata Diana.
“Saya dulu pertama kali terjun ke atletik itu latihan lari jarak jauh di Kabupaten Kulonprogo. Tapi setelah beberapa lama saya latihan lari jarak jauh akhirnya diminta nyoba sprint. Nah, dari sprint itu Diana akhirnya diminta ke lompat jauh dan sampai sekarang masih ikut lompat jauh.”
Setelah mendapat juara tiga dalam gelaran Pekan Olahraga Daerah (Porda) di Yogyakarta, Diana terus termotivasi untuk mengikuti banyak kompetisi atletik. Misalnya, siswi berusia 17 tahun itu langsung mengutarakan niat untuk mengikuti SAC Indonesia pada sekolahnya. Yang juga didukung penuh oleh guru beserta kepala sekolah.
“Kami selalu sangat support untuk siswa kami terhadap banyak kompetisi. Termasuk SAC ini. Kami mempersiapkan dokumen yang diperlukan dan mempersilahkan siswa kami berlatih. Kami juga memberikan dampingan. Jika ada prestasi pasti ada reward dari sekolah,” ujar Wijayanta, S.Pd., Si, Kepala SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada.
Menurut Diana, atletik sebenarnya sudah cukup populer. Hanya saja belum banyak sekolah yang mengenalkannya. Ia juga senang sekali ada kompetisi seperti SAC Indonesia. Selain menambah pengalamannya, kompetisi hasil kerja sama DBL Indonesia dan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) itu dapat memperdalam eksistensi atletik di Tanah Air.
Hal serupa juga diutarakan oleh Wijayanta. Ia mengatakan SAC Indonesia bisa mengembangkan minat dan bakat anak-anak muda Indonesia. Terutama di cabor atletik. “Mungkin anak-anak ini nanti bisa dibimbing menjadi atlet nasional. Bahkan menjadi aset bangsa,” katanya. (*)