Hari ini ada Technical Meeting untuk Energen Champion SAC Indonesia 2023 Sumatera Qualifiers. Itu adalah nama dari kompetisi atletik pelajar terbesar di Indonesia. Acaranya berlangsung dari pukul delapan pagi hingga satu siang. Bertempat di Gedung Serba Guna Universitas Negeri Medan.
Lebih dari 400 perwakilan sekolah ikut serta dalam Technical Meeting itu. Mulai dari SD, SMP hingga SMA. Namanya saja "Technical Meeting". Isinya sudah pasti pengarahan sebelum lomba. Semuanya asyik menyimak. Hening.
Di tengah wajah-wajah serius itu, ada satu yang saya kenali dari kejauhan. Dia sedang sibuk mengamati sekitar. Ia adalah Damun. Guru PJOK di sebuah sekolah di Labuhan Batu. Yakni SMP Muhammadiyah 24 Aek Kanopan. Saya langsung datangi dia. Berniat menyapa.
"Pak, saya Jingga, yang menghubungi bapak bulan lalu," ucap saya, sambil menyodorkan tangan.
Damun tersenyum. Dia langsung mengenali saya. Gerak tubuhnya meminta saya duduk di sebelahnya. Yang kebetulan kursi di sebelah Damun kosong. Saya menurut.
"Ya, ya, mbak Jingga, panitia yang dari Surabaya, ya?" katanya.
Saya sebenarnya belum pernah bertemu Damun. Hanya berkomunikasi lewat WhatsApp saja. Saya yang pertama menghubungi dia. Karena ingin melakukan wawancara terkait persiapan sekolahnya di SAC Indonesia. Damun ramah. Suaranya juga terdengar tulus. Tapi kami tidak bisa berbicara banyak di WhatsApp waktu itu. Damun sibuk. Sementara pekerjaan saya menumpuk.
Rupanya, pertemuan pertama ini membawa kami ke obrolan yang lebih lama. Lebih dalam. Lebih serius. Hampir satu jam kami asyik cerita sana-sini. Banyak. Mulai dari sistem perlombaan atletik di Sumatra Utara. Hingga minat anak-anak pada olahraga. Sampai tiba pertanyaan penting itu muncul. "Mbak, apakah SAC Indonesia akan ada setiap tahun?"
Sebenarnya itu pertanyaan pasaran. Bukan hanya Damun yang penasaran. Hampir semua guru PJOK dan pelatih atletik yang saya temui menanyakan hal serupa. Namun karena sering ditanyakan itulah, saya menilai bahwa hadirnya SAC Indonesia begitu berarti bagi mereka.
Saya bersemangat menjawabnya. Karena saya juga ingin SAC Indonesia tetap ada. Bersambung dari tahun ke tahun. Saya tegas mengatakan, "Ada dong, pak."
Kata orang, omongan adalah doa. Maka dari itu saya menjawab SAC Indonesia akan terus ada. Setelah mendengar jawaban saya, Damun mengangguk setuju. "Iya saya juga berharap ada terus," katanya, dilanjut senyuman.
Damun kemudian berceloteh. Mengeluarkan ribuan pujian. Menurutnya, SAC Indonesia luar biasa. Apalagi setelah melihat dokumentasi penyelenggaraan musim lalu. Yang diputar di TV ujung ruangan gedung tempat Technical Meeting digelar.
"Coba video-video ini diputar di sekolah kami di daerah, pasti anak-anak termotivasi," tuturnya.
Baca Juga: SMP Muhammadiyah 24 Aek Kanopan Siap Rebut Juara di SAC Indonesia 2023
Damun mendampingi 11 orang pelajar tahun ini. Harapannya besar. Agar anak-anak tersebut bisa membawa pulang juara. Dan meraih mimpi mereka. Andai saja lokasi SMP Muhammadiyah 24 Aek kanopan dengan penyelenggaran SAC dekat. Jumlah siswa yang dia bawa bisa berlipat.
"Kalau dekat, saya bisa mengirimkan beratus-ratus siswa," terangnya.
Karena keterbatasan dana dan waktu, hanya 11 orang yang mampu Damun ikut sertakan. Ia kembali mengungkapkan keinginannya. Kali ini lebih menuntut.
"Harapan saya bisa lebih banyak lokasi penyelenggaraan SAC Indonesia-nya. Seperti PON misalnya. Karena Sumatra sendiri ini kan ada 10 provinsi," kata Damun.
Deretan harapan Damun mewakili suara guru dan pelatih atletik di seluruh Indonesia. Yang menginginkan bahwa SAC Indonesia akan terus digelar. Menjadi kompetisi tahunan paling dinantikan. (*)